Kamis, 02 Desember 2010

pautan genetik

Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam genetika adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu berkas kromosom yang sama (kromatid) untuk bersegregasi bersama-sama. Pada meiosis, dua berkas kromatid homolog (sister chromatids) akan berpisah sewaktu anafase I. Alel-alel yang terletak pada berkas kromatid yang sama akan sama-sama bersegregasi. Segregasi bersama-sama ini terjadi karena adanya pautan genetik pada alel-alel tersebut.
Pautan genetik pertama kali dikenali dan dijelaskan oleh ahli genetika Inggris William Bateson dan Reginald Punnett, segera setelah penemuan kembali karya-karya Mendel. Pautan genetik dapat dideteksi secara statistik dengan korelasi atau analisis asosiasi antara dua atau lebih sifat yang menjadi ekspresi gen pada lokus-lokus yang terlibat.
Terdapat dua fase yang bisa terjadi antara dua lokus yang berpaut.
• Fase bergandengan (cis atau coupling), apabila dua gen dengan arah pengaruh yang sama (umpamanya dominans) berpautan,
• Fase berseberangan (trans tau repulsion), apabilan dua gen dengan arah pengaruh yang berbeda berpautan.
Apabila A dan B masing-masing menempati lokus berbeda yang berpaut, dan huruf kapital menyatakan arah pengaruh yang berbeda dari huruf kecil, kedua fase itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Fase bergandengan: A B Fase berseberangan: A b atau a B
(cis) ———— (trans) ———— ————
———— ———— ————
A B A b a B

Pautan genetik dapat dipatahkan oleh peristiwa pindah silang, yang terjadi pada tahap profase I dalam meiosis. Semakin dekat posisi dua lokus, semakin rendah frekuensi pindah silangnya. Peristiwa pindah silang menjamin terjaganya variasi maksimum pada keturunan yang sebesar-besarnya.

Kamis, 11 November 2010

bahan pakan bersumber limbah

BAHAN PAKAN ALTERNATIF BERSUMBER LIMBAH

 Bahan Pakan Bungkil
Oil meal merupakan bungkil protein yang dihasilkan dari biji-bijian yang mengandung minyak. McDonald dkk. (2001) menyatakan bahwa Oil meal adalah limbah yang sangat berguna dan merupakan residu dari ekstraksi minyak. Lebih lanjut Orskov (1988) menyatakan bahwa oil meal mengandung protein (200 – 500 g/ kg) dan ME tinggi. Bungkil atau oil meal diperoleh dari expeller process pada ekstraksi minyak. Proses pembuatan oil meal ini pada prinsipnya adalah dilakukan penyaringan minyak terlebih dahulu, kemudian akan tersisa bungkilnya. Proses pembuatan bungkil yaitu bahan yang akan disaring minyaknya dikeringkan terlebih dahulu kemudian dilakukan pemanasan. Setelah bahannya masak kering, kemudian bahan tersebut digiling dan dilakukan pengepresan atau penyaringan.
Beberapa jenis oil meal yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: (1) Soy bean oil meal. Bungkil ini diperoleh dari hasil pembuatan minyak kacang kedelai; (2) Peanut oil meal. Bungkil ini diperoleh dari hasil pembuatan minyak kacang (khususnya kacang tanah); dan (3) Linseed oil meal.
Bungkil merupakan bahan pakan sumber protein. Oleh karena itu, penggunaan bungkil sebagai bahan pakan dilakukan dalam jumlah besar. Akan tetapi, terdapat batasan penggunaan bungkil pada ternak, karena pada bungkil mengandung glukosinolat dan asam erucat, contohnya yaitu bungkil rapeseed. Salah satu pembatas pemanfaatan bungkil kacang tanah pada ternak adalah adanya kontaminasi aflatoksin (Orskov, 1988).
Bungkil yang sering digunakan dalam industri pakan ternak contohnya adalah bungkil kacang tanah, bungkil kedelai, bungkil biji kapuk dan bungkil biji bunga matahari.


1. Bungkil Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah mengandung 45 – 50 % protein kasar, memiliki kandungan metionin dan sistin yang tinggi dan defisiensi lisin. Bungkil kacang tanah teridentifikasi mengandung senyawa racun aflatoxin dan Aspergillus flavus (McDonald dkk., 2001).
2. Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai mengandung 44 – 50 % protein kasar dan 5 – 6 % oligosakarida. Bungkil kedelai juga memiliki sejumlah racun, substansi stimulator dan inhibitor. Contohnya yaitu, senyawa goitrogen ditemukan pada bungkil ini dan penggunaannya dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit gondok pada ternak. Bungkil ini juga mengandung antigen yang berbahaya pada ternak preruminansia. Inhibitor tripsin pada bungkil ini, pada ternak nonruminansia dapat menghambat kecernaan protein. Saponin dan hemaglutinin pada bungkil kedelai dapat diinaktivasi dengan pemanasan. Bungkil ini juga mengandung estrogen tanaman yang merupakan material growth promotor.
3. Bungkil Biji Kapuk
Bungkil biji kapuk mengandung potein 41 %, miskin akan sistin, metionin, lisin, karoten, dan Ca, meskipun palatabel bagi ruminansia. Bungkil ini mengandung pigmen kuning gosipol, yang beracun bagi nonruminansia, terutama pada ternak babi dan ayam. Toksisitas gosipol dapat dicegah dengan penambahan ferosulfat dan garam logam (Pond dkk., 1995).
4. Bungkil Biji Bunga Matahari
Bungkil biji bunga matahari mengandung SK 11 – 13 %, dan kandungan lisinnya sangat rendah, maka penggunaannya pada ternak nonruminansia harus dibatasi. Kombinasi protein (40 – 45 %) dan serat yang tinggi membuat bungkil ini cocok untuk ternak ruminansia, terutama ternak perah dan kambing (Cheeke, 1999).


 Zat Yang Penting Bagi Bahan Pakan
Molasses
Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses¬ merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001).
Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molasses yang diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat kandungan mineralnya cukup tinggi. Mollases dapat diberikan pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian mollases pada ransum ternak ruminansia adalah sebanyak 5 % yang terdiri dari jagung, dedak padi, tepung ikan, rumput gajah secara nyata dapat meningkatkan bobot badan. Akan tetapi penggunaan lebih dari 5 % akan berdampak negatif, yaitu berkurangnya peningkatan bobot badan karena energi pakan yang dihasilkan terlalu tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, molases sering dimasukkan ke dalam ransum sebanyak 2 sampai 5 % untuk meningkatkan palatabilitas pakan. Molases dapat berfungsi sebagai pellet binder yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitas pelet. Penggunaan molasses pada industri pakan dengan level diatas 5 – 10 %, molasses dapat menyebabkan masalah, karena kekentalan dan terjadi pembentukan gumpalan pada mixer. Molases juga dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk sejumlah industri fermentasi.
Selain memiliki fungsi yang bermanfaat sebagai pakan ternak, molasses juga dapat menyebabkan keracunan (molasses toxicity). Gejala-gejala yang dapat terlihat yaitu terjadinya inkoordinasi dan kebutaan yang disebabkan oleh deteorisasi otak yang hampir sama dengan nekrosi serebrokortikal. Keracunan tersebut kemungkinan disebabkan oleh defisiensi thiamin (Vitamin B1), menurunnya suplai glukosa ke dalam otak dan rumen statis. Pemberian hijauan berkualitas baik pada ternak dapat mencegah terjadinya keracunan tersebut.
Contoh dari penggunaan molasses dalam ransum pakan yaitu melalui pengolahan pakan UMB (Urea Molasses Block) yang merupakan sumber protein (Non Protein Nitrogen), energi dan mineral yang banyak dibutuhkan temak. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan urea molasses block antara lain molasses sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan bahan pengisis berupa dedak padi,gandum, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, sebagai bahan pengeras dipakai bentonit, tepung batu gamping dan sebagai bahan tambahan dipakai garam dapur dan mineral campuran.
 Limbah Pertanian
Limbah pertanian adalah bagian utama diatas atau pucuknya yang tersisa setelah panen atau diambil hasil utamanya. Beberapa contoh dari limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan ternak diantaranya jerami padi, jerami jagung, jeramai kacang tanah dan jerami kedelai.
Limbah pertanian umumnya mempunyai kualitas yang rendah sehingga penambahan konsentrat dalam ransum merupakan salah satu cara untuk menanggulanginya. Kendala utama pemanfaatan limbah pertanian adalah penggunaannya sebagai pupuk atau bahan bakar, lokasinya yang tersebar, teknologi penggunaannya untuk ternak, umumnya mempunyai protein yang rendah, kecernaan yang rendah dan fluktuasi panen yang sering terjadi pada tanaman pangan.
Agar limbah dapat dimanfaatkan secara efisien, maka harus ada pengumpulan kemudian diproses secara kooperatif. Dalam pemberiannya kepada ternak perlu penambahan suplemen untuk menyeimbangkan nilai gizinya. Berikut ini adalah komposisi kimia limbah pertanian yang digunakan sebagai makanan ternak.
Bahan Abu PK Lemak SK Beta-N
Jerami jagung 8,42 4,77 1,06 30,53 55,82
Jerami padi 19.97 4,51 1,51 28,79 45,21
Jerami kacang tanah 18,69 11,06 1,80 29,92 38,21
Jerami kedelai 7,56 10,56 2,82 36,28 42,8

 Limbah Industry Perkebunan
A. Bungkil Kelapa (Cocos nucifera)
Limbah industry kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah bungkil kelapa. Kualitas bungkil kelapa bervariasi tergantung dengan cara pengolahan dan mutu bahan baku. Berdasarkan komposisi kimianya, bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk ternak. Dalam pemakaiannya terutama untuk monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya, karena bungkil kelapa kekurangan asam amino lisin dan histidin. Bungkil kelapa bisa digunakan untuk unggas sebaiknya tidak lebih dari 20%, babi 40-50% dan ruminansia 30%.
B. Limbah Industry Coklat (Theobroma cacao)
Limbah industry coklat adalah kuli buah, kulit biji dan lumpur coklat. Kulit buah merupakan 71% dari buah sedangkan kulit biji coklat sekitar 15%. Limbah industry coklat merupakan sumber protein yang baik untuk ternak ruminansia karena tidak mudah didegradasi dalam rumen. Namun bahan ini mengandung zat racun.
Kulit buah coklat mengandung protein rendah dan serat kasar yang tinggi sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk ruminansia. Akan tetapi kulit biji coklat mengandung protein yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan untuk semua jenis ternak. Penggunaan kulit buah coklat pada unggas dan babi bisa sekitar 10-24%, sedangkan pada ruminansia bisa sekitar 30-40%.
C. Limbah Industry Kelapa Sawit
Ada dua tahap pengolahan kelapa sawit. Tahap pertama pengolahan sawit dari buah sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit (crude palm oil), inti kelapa sawit, serat kelapa sawit dan lumpur kelapa sawit. Tahap kedua adalah pengolahan inti kelapa sawit yang akan menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil kelapa sawit. Tiga jenis limbah industry kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan oleh ternak adalah bungkil kelapa sawit, lumpur kelapa sawit dan serat kelapa sawit. Angka konversi kelapa sawit adalah 30% dan serat 20%, sedangkan bungkil inti sawit 40-60% dari inti.
Komposisi bungkil kelapa sawit sangat bervariasi dalam kandungan serat kasar dan lemak kasar, tergantung pada cara pengolahan dan bahan baku yang dipakai. Dibandingkan dengan bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit mempunyai kadar protein yang rendah. Kadar asam amino yang menjadi factor pembatas adalah methionin, sedangkan keseimbangan asam amino lain cukup baik.
Bungkil kelapa sawit bisa diberikan sebanyak 20% pada unggas dan babi, dan 30-40% pada ruminansia. Kelapa sawit mengandung kadar serat kasar yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk ransum ruminansia. Serat kelapa sawit dapat diberikan sebanyak 15-35% dari ransum.
Produk utama dari industry kelapa sawit yaitu crude palm oil (CPO) merupakan sumber lemak yang sudah banyak digunakan untuk pakan ayam baik broiler maupun layer. Penggunaan CPO ini menggantikan minyak ikan dan beef tallow yang sudah mulai ditinggalkan karena harganya lebih mahal. Selain murah penggunaan CPO dalam pakan juga dapat meningkatkan warna kuning dalam pakan sehingga menambah nilai jual kerena pakan yang berwarna kuning lebih disukai peternak dibandingkan dengan pakan yang berwarna pucat. CPO yang baik mempunyai kandungan lemak 99,5%, kandungan air tidak lebih dari 0,5%.
D. Limbah Industry Gula (Saccharum officanarum)
Limbah industry gula dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah seperti pucuk tebu, tetes, ampas tebu (bagasse) dan blotong.
Pucuk tebu digunakan sebagai hijauan makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negative pada ternak ruminansia. Ampas tebu (bagasse) merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling yang mengandung serat kasar yang tinggi yang terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Mengingat tingginya serat kasar, ampas tebu hanya bisa digunakan untuk ternak ruminansia sebanyak 25%.
Tetes bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48-60% sebagai gula), kadar mineral dan rasanya disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng. Kelemahannya kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam ransum unggas sebesar 5-6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%.
E. Limbah Pengolahan Nanas (Annanas comosus)
Industry pengalengan nanas menghasilkan limbah berupa kulit, mahkota daun dan hati buah nanas sebanyak 30-40%. Bila buah nanas tersebut diproses menjadi juice atau sirup akan diperoleh limbah lagi yaitu ampas nanas. Ampas nanas masih mengandung kadar gula tinggi dan serat kasarnya juga cukup tinggi tetapi proteinnya rendah.
Berikut ini adalah hasil analisis proksimat bahan pakan yang berasal dari limbah industry.
Bahan BK Abu PK Lemak SK Beta-N Ca P
Bungkil kelapa 88,5 6,36 18,58 12,55 15,38 37,26 0,08 0,52
Kulit buah coklat 93,47 11,63 8,01 1,28 40,08 38,49 0,58 0,18
Kulit biji coklat 88,10 7,57 16,16 8,36 20,94 46,80 0,34 0,39
Lumpur sawit 90,5 8,56 8,56 24,10 32,01 2,10 - -
Bungkil sawit 88,32 15,83 15,83 2,94 33,01 43,21 0,40 0,71
Serat sawit 91,45 7,02 7,02 14,67 36,14 35,18 0,48 0,18
Pucuk tebu 24,77 5,47 5,47 1,37 37,90 45,06 0,47 0,34
Bagasse 87,1 1,45 1,45 0,70 48,00 44,55 0,09 0,08
Tetes 82,4 3,95 3,95 0,29 0,40 84,40 0,89 0,14
Ampas nanas 89,6 4,5 4,5 15,8 1,60 63,9 - -

F. Ampas Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007e).
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan(Husin, 2007).
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007).
Menurut Husin (2007) hasil analisis serat bagas adalah seperti dalam Tabel 2. berikut:
Kandungan Kadar (%)
Abu
Lignin
Selulosa
Sari
Pentosan
SiO2 3,82
22,09
37,65
1,81
27,97
3,01
Tabel 2. Komposisi kimia ampas tebu
Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan. Disamping untuk bahan bakar, ampas tebu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas, particleboard, fibreboard, dan lain-lain (Indriani dan Sumiarsih, 1992).











DAFTAR PUSTAKA

http://cisaruafarm.com/bahan-baku-pakan/limbah-k-sawit/ Diakses pada 15 Oktober 2010 pukul 15.30
http://priyonoscience.blogspot.com/2009_03_01_archive.html Diakses pada 15 Oktober 2010 pukul 15.33
http://intannursiam.wordpress.com/2010/08/25/bahan-makanan-ternak-limbah-industry-perkebunan/ Diakses pada 15 Oktober 2010 pukul 15.35
http://bioindustri.blogspot.com/2008/04/ampas-tebu.html Diakses pada 19 Oktober 2010 pukul 12.20
http://www.pdf-searcher.com/LIMBAH-PADAT-PENGOLAHAN-MINYAK-SAWIT-SEBAGAI-SUMBER-NUTRISI-TERNAK-....html Diakses pada 19 Oktober 2010 pukul 12.15

pisang sebagai bahan pakan alternatif

KULIT PISANG SEBAGAI BAHAN PAKAN ALTERNATIF


Pisang (Musa Paradisiaca) merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bahkan menjadi tulang punggung banyak masyarakat yang dijadikan sebagai bahan industri.namun yang sampai saat ini belum ada yang membuka industri kulit pisang yang ternyata banyak sekali manfaatnya, khususnya untuk meningkatkan produksi ternak unggas. Selain itu Kulit buah pisang merupakan makanan lezat bagi ternak seperti kambing, sapi, babi dan lain-lain. Kulit buah pisang ini bernilai gizi cukup tinggi. (Munadjim. 1983. Pada industri pengolahan pisang, kulit pisang merupakan limbah, hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan sebagai makanan ternak tanpa harus diolah terlebih dahulu.

 Analisis Proksimat Kulit Pisang

Hasil analisis proksimat untuk pengukuran kadar: protein, lemak, BETN, serat kasar, abu, kalsium dan phosphor, ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) antara pengeringan oven dan jemur, kecuali untuk kadar air dan energi.
Hasil analisis kulit pisang di Indonesia menunjukkan bahwa kulit pisang memiliki kandungan – kandungan makanan yang cukup tinggi. Untuk lebih jelasnya komposisi kulit pisang dapat dilihat dari tabel :

Unsur Jumlah
Air (%)
Karbohidrat (%)
Lemak (%)
Protein (%)
Kalsium (mg/100gr)
Fosfor (mg/100 gr)
Besi (mg/100 gr)
Vitamin : A (mg/100gr)
B (mg/100gr)
C (mg/100gr) 68,90
18,50
2,11
0,32
715
117
1,6
-
0,12
17,5
 Sifat Fisik Dan Kimia Kulit Pisang
Pengolahan kulit pisang menjadi produk tepung adalah salah satu upaya menanggulangi limbah kulit pisang, sehingga mempunyai manfaat dan bernilai ekonomi. Menurut penelitian beberapa ahli Kulit pisang dijadikan tepung dengan cara di-blender menghasilkan sifat seperti dibawah ini :
• Sifat Fisika
- Tekstur tepungnya halus
- Panjang : 12 – 18 cm
- Warna : Coklat Tua
• Sifat Kimia
- Mudah teroksidasi, dengan ditandai oleh perubahan warna pada kulit pisang.
- Memiliki nilai gizi yang cukup tinggi


 Analisis Kecernaan Kulit Pisang

Tingkat kecernaan, konsumsi dan efisiensi penggunaan nutrisi bahan pakan asal limbah atau hasil sisa tanaman dipengaruhi oleh tingkat kandungan berbagai senyawa kimiawi yang bersifat penghambat (inhibitor). Pada bahan pakan asal tanaman pangan faktor penghambat didominasi oleh kelompok senyawa fenolik polimer seprti lignin yang terdapat di dalam dinding sel. Pada batang dan daun pisang kandungan lignin mencapai 12% (ROXAS et al., 1996; QUIROS et al., 1996). Rendahnya kecernaan bahan kering tanaman pisang (42%) kemungkinan terkait dengan kadar lignin dan tannin.


 Fakta Manfaat Kulit Pisang Untuk Pakan Unggas

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi tepung kulit pisang sebagai pakan ayam broiler untuk menghasilkan daging yang mengandung kolesterol rendah. Sebanyak 20 ekor ayam broiler digunakan dalam desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Ayam broiler diberikan pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dengan kadar yaitu 30%, 50% dan 70% dalam 100 gram pakan, sedangkan kontrol diberikan pakan buatan tanpa tepung kulit pisang. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Pakan buatan diberikan setiap pagi dan sore sebanyak 100 g/ekor, serta air minum diberikan secara ad libitum. Pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dengan kadar 30%, 50%, dan 70% menurunkan konsumsi ransum, bobot badan, berat karkas, namun meningkatkan konversi ransum. Pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dengan kadar 30%, 50%, dan 70% tidak mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, menurunkan kadar kolesterol daging, meningkatkan kadar kolesterol hati dan feses. Pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dengan kadar serat 30%, 50% dan 70% dapat diterima sebagai alternatif pakan ayam broiler untuk menghasilkan daging dengan kadar kolesterol rendah. Penggunaan tepung kulit pisang sebagai bahan pakan ayam broiler sebaiknya pada kadar 30% atau 50%. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, berat karkas, kolesterol daging menghasilkan nilai yang cukup baik. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dapat menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah.


 Literatur

http://lppm.upi.edu/penelitian/index.php?lemlit=detil&id=446
http://www.pdf.kq5.org/search/fermentasi+kulit+pisang+untuk+pakan+kambing

Rabu, 29 September 2010

HORMON

APA ITU HORMON?

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh dara menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Contoh efek hormon pada tubuh manusia:

>> Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan
bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh
feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).

>> Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana
hati.

>> Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ
seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi biang keladi berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah.
Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut:

* Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan
triodtironin).
* Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen, aldosteron, dan
kortisol).
* Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon
pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH, TSH).

Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis. Di antaranya adalah hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron yang dibuat dalam bentuk pil. Pil ini merupakan bentuk utama kontrasepsi yang digunakan wanita seluruh dunia untuk memudahkan mereka menentukan saat yang tepat: kapan harus mempunyai anak dan jarak usia tiap anak.


HORMON WANITA

Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria dibentuk di testis). Baik pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen. Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita, hormon seksual kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria. Begitu pula sebaliknya.



ESTROGEN

Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion (hormon seksual pria yang utama) yang dihasilkan ovarium. Selain androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan dehidroepiandrosteron, tapi dalam jumlah yang sedikit.

HORMON PROGESTERON.

Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang dihasilkan oleh kelenjar dan berasal dari kolesterol darah.

TESTOSTERON dan DEHIDROEPIANDROSTERON.

Hormon ini yang juga diproduksi oleh ovarium tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Hormon ini dibutuhkan oleh wanita karena berhubungan dengan daya tahan tubuh dan libido (gairah seksual).

EFEK HORMON TERHADAP WANITA

Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam perjalanan hidupnya termasuk pada keindahan kulit. Berikut ini adalah peran ketiga hormon utama wanita:

=> Hormon Estrogen:
- Mempertahankan fungsi otak.
- Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood.
- Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan
(kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
- Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang
feminin.
- Produksi sel pigmen kulit.
Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur
normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang
serta mampu menahan air.

=> Hormon Progesteron:
Sebenarnya hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan kulit
tetapi sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan pengembangan estrogen
dan kompetitor androgen. Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem
reproduksi wanita, yaitu:
- Mengatur siklus haid.
- Mengembangkan jaringan payudara.
- Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
- Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

=> Hormon Androgen:
Hormon ini berfungsi untuk:
- Merangsang dorongan seksual.
- Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah.

Hormon ini cukup berpengaruh pada penampilan kulit dan pertumbuhan rambut, yaitu dengan menstimulasi akar rambut dan kelenjar sebum (kelenjar minyak) yang terletak di bagian atas akar rambut.
Kelenjar sebum menghasilkan sekresi lemak atau minyak yang berfungsi melumasi rambut dan kulit. Tetapi bila berlebihan minyak ini akan memicu tumbunya akne atau jerawat, sehingga mengganggu keindahan penampilan kulit. Gangguan kelenjar sebum juga bisa mengakibatkan alopesia androgenika (kebotakan), terutama pada pria. Sebaliknya pada wanita, ketidakseimbangan hormon Androgen (hormonal imbalance) bisa menyebabkan hirsutisme di mana rambut tumbuh berlebihan di daerah-daerah yang tidak semestinya.
Aktivitas kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon androgen. Kerja kelenjar ini memuncak pada saat seseorang mencapai masa pubertas. Semakin tinggi tingkat kerjanya, semakin banyak pula sekresi yang dihasilkan kelenjar ini. Sekresi kelenjar sebum pada pria lebih tinggi secara signifikan ketimbang pada wanita. Tak heran kulit wajah pria tampak lebih berminyak dibanding wanita. Efek kerja kelenjar sebum mulai berkurang pada wanita sesaat menjelang menopause.
Hiper-androgen pada wanita dengan ciri-ciri aktivitas hormon androgen melebihi normal ternyata merupakan masalah yang cukup umum terjadi walaupun belum diketahui penyebabnya dan mempengaruhi 10-20% wanita usia reproduktif.

Gejala Hiper-Androgen pada kulit wanita.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hormon androgen yang berlebih akan mengakibatkan efek negatif pada kulit dan kecantikan wanita. Walaupun bukan merupakan kondisi yang fatal tetapi bisa berefek sosial-psikologis dan mengurangi rasa percaya diri bahkan mempengaruhi kualitas hidup. Gejala-gejala itu antara lain:

+ Kulit berminyak dan komedo. Kondisi ini merupakan cikal bakal gejala yang lebih
parah seperti ketombe dan jerawat. Berlebihnya produksi minyak di kulit wajah
dipengaruhi oleh:
- Tingginya kadar androgen bebas yang akan memicu aktivitas kelenjar minyak dan
sebum.
- Meningkatnya kepekaan target organ atau sebum terhadap androgen sehingga
walaupun kadar androgen bebas dalam batas normal aktivitas sebum tetap
meningkat.

+ Akne / Jerawat. Banyak faktor yang dapat memicu timbulnya jerawat antara lain
komedo, minyak dan peradangan (inflamasi). Belum lagi ada pula pengaruh dari luar
seperti pemakaian kosmetik yang bisa menyumbat aliran sekresi kelenjar sebum ke
permukaan apa lagi dalam jangka panjang ditambah kondisi iklim tropis yang panas
dan lembab.

+ Hirsutisme. Sekitar 5-8% wanita usia reproduktif menderita hirsutisme yaitu pola
pertumbuhan atau distribusi rambut menyerupai pria (male hair pattern), misalnya di
atas bibir, dagu, dada, pinggang dan paha. Ada 40-80% dari penderita ini
menunjukkan peningkatan produksi testosteron dari 200-300 juta (microgram) per
hari menjadi 700-800 juta per hari.

+ Alopesia Androgenika (kebotakan). Gejala ini merupakan kebalikan dari hirsutisme.
Penyebabnya sama: ketidakseimbangan androgen. Masalah kebotakan ini biasa
dialami oleh pria. Rambut hilang secara perlahan-lahan di daerah dahi, terus menjalar
ke daerah ubun-ubun dan meluas secara lambat atau cepat ke seluruh bagian atas
kepala.

Gejala Hiper-Androgen secara sistemik.

Selain gangguan pada kulit, ketidakseimbangan hormon androgen juga berpengaruh secara sistemik yang ditandai dengan gejala-gejala seperti pada sistem reproduksi berupa:

+ Gangguan siklus menstruasi, a-menore (nyeri haid), dan an-ovulasi.
Siklus haid yang tidak teratur merupakan gejala ketidakseimbangan hormonal dan
sedikit banyak berpengaruh pada tingkat kesuburan seorang wanita. Jika siklus haid
Anda tidak teratur lebih dari 3 bulan berturut-turut, sebaiknya konsultasikan dengan
ginekolog, karena jika tidak mendapat penanganan yang serius dapat menyebabkan
berbagai perubahan morfologis pada rahim yang disebut PCOS (Poly - Cystic -
Ovarian - Syndrome) dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan infertilitas
(mandul).

+ Abnormalitas metabolisme tubuh. Gejala yang tampak antara lain:
- Profil lemak yang tidak normal (obesitas atau terlalu kurus).
- Resistensi insulin sehingga berakibat peningkatan resiko kencing manis (diabetis
mellitus).
- Peningkatan resiko penyakit jantung (kardiovaskular).

Rabu, 22 September 2010

ilmu lingkungan

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINGANGOR
2010
BEBERAPA KAJIAN AWAL ILMU LINGKUNGAN

a. Pengertian Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan atau Environmental Science (ES) adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup, yang merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu, terutama ekologi, yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan.
Ilmu lingkungan meliputi hubungan interaksi yang sangat kompleks, antara komponen – komponen fisik, kimia dan biologi yang ada di lingkungan serta merupakan suatu disiplin ilmu yang saling melengkapi dengan ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu sosial. Untuk memudahkan mempelajarinya dilakukan berbagai pendekatan, antara lain: homeostasis, energi, kapasitas, simbiosis, sistem, dan model.
Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh. Timbulnya kesadaran lingkungan sudah dimulai sejak lama, contohnya Plato pada 4 abad Sebelum Masehi telah mengamati kerusakan alam akibat perilaku manusia. Pada zaman modern, terbitnya buku Silent Spring tahun 1962 mulai menggugah kesadaran umat manusia.
Di Indonesia tulisan tentang masalah lingkungan hidup mulai muncul pada 1960-an. Sejak itu Indonesia terus aktif mengikuti pertemuan puncak yang membicarakan tentang lingkungan hidup secara global, yaitu Konferensi Stockholm pada 1972; Earth Summit di Rio de Janiero tahun 1992; dan WSSD di Johannesburg, tahun 2002. Ilmu lingkungan meliputi hubungan interaksi yang sangat kompleks sehingga untuk memudahkan mempelajarinya dilakukan berbagai pendekatan, antara lain: homeostasis, energi, kapasitas, simbiosis, sistem, dan model.
b. Ekosistem
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka. Istilah tersebut pada mulanya diperkenalkan oleh A.G.Tansley pada tahun 1935. Sebelumnya, telah digrrnakan istilah-istilah lain, yairu biocoenosis, dan mikrokosmos.
Setiap ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen, makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim. Perbedaan antar ekosistem hanya pada unsur-unsur penyusun masing-masing komponen tersebut. Masing-masing komponen ekosistem mempunyai peranan dan mereka saling terkait dalam melaksanakan proses-proses dalam ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem meliputi aliran energi, rantai makanan, pola keanekaragaman, siklus materi, perkembangan, dan pengendalian.
Daerah Aliran sungai (DAS) dari suatu badan air, akan menentukan stabilitas dan proses metabolisme yang berlangsung di dalam badan air yang bersangkutan. Pengelolaan badan air harus menyertakan pengelolaan daerah aliran sungainya.
Setiap ekosistem rnampu mengendalikan dirinya sendiri, dan mampu menangkal setiap gangguan terhadapnya. Kemampuan ini disebut homeostasis. Tetapi kemampuan ini ada batasnya. Bilamana batas kemampuan tersebut dilampaui, ekosistem akan mengalami gangguan. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu bentuk gangguan ekosistem akibat terlampauinya kemampuan homeostasis.



struktur dan fungsi ekosistem

1. Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu.
2. Struktur ekosistem adalah suatu kajian ekosistem menguraikan hal ikhwal tentang makhluk hidup, habitat, dan lingkungan sebagai Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! penyusun komponen biotik dan abiotik, serta menjelaskan wilayah lingkungan fisik dan persebaran nutrien.
3. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer.
4. Secara fungsional sebagian besar peran dan fungsi ekosistem adalah melaksanakan proses fotosintesis, proses dekomposisi (penguraian materi), dan proses alir energi dan daur biogeokimiawi.
5. Operasionalisasi fungsi ekosistem berlangsung secara bertahap, melalui proses penerimaan/fiksasi energi radiasi cahaya matahari, penyusunan materi organik dari bahan-bahan anorganik oleh produsen, pemanfaatan komponen produsen oleh komponen konsumen dan perombakan bahan-bahan organik oleh decomposer dari makhluk hidup yang telah mati menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana, yang dapat dimanfaatkan ulang oleh produsen dan konsumen kembali.
6. Operasionalisasi fungsi ekosistem tersebut tidak saja melibatkan proses alir atau transfer energi, produksi, pertumbuhan, perkembangan, dan kematian dari semua unsur-unsur makhluk hidup yang kemudian akan mengalami dekomposisi dan daur biogeokimiawi. Dalam proses fungsi ekosistem tersebut, juga akan berlangsung interaksi secara timbal balik antara komponen ekosistem.

c. Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".
Struktur komunitas
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.
Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies di dalam suatu habitat.
Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
 Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru.
 Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.
d. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :
700 - 500 = 200batang
1990-1980 10 tahun
= 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.






Daftar pustaka

• http://generasibiologi.blogspot.com/2009/06/makalah-ekologi-tentang-komunitas.html
• http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0029%20Bio%201-6d.htm
• http://massofa.wordpress.com/2008/02/03/ilmu-lingkungan/
• http://carahidup.um.ac.id/2010/01/beberapa-istilah-ilmu-lingkungan/
• http://www.anneahira.com/ilmu/ilmu-lingkungan.htm